Selasa, 07 April 2015

Tanda kasih yang tak ternilai

Kutaruh sebuah kendi yang terbuat dari tanah liat ke atas rumput Jepang yang nampak hijau dan lebat, meskipun sekarang ini sedang musim kemarau, ini tak lain karena jerih payah Pak Solikhun, tetangga dari RT sebelah yang diminta ayah untuk merawatnya. Kutata posisi kendi itu supaya dapat berdiri dengan seimbang, lalu kutuang sebotol besar air kedalamnya. Kemudian kuambil beberapa tangkai bunga anggrek yang tadi kupotong dari pot-pot anggrek yang tertata di halaman depan dan samping rumahku. Kutata tangkai demi tangkai ke dalam kendi yang sudah berisi air tadi. Belum puas, kulihat, kupindah dan kutata ulang tangkai-tangkai bunga anggrek tadi beberapa kali untuk memastikan bahwa tatanannya dapat terlihat indah dari semua sisi. Tanpa sadar aku tersenyum karena terbayang wajah Ibuku yang pasti akan marah besar setiap kali tahu ada orang yang telah mengotak-atik bunga anggrek kami. Jangankan memotong, melihatnya berubah posisi saja Ibu pasti akan membetulkannya kembali.
            Pohon-pohon anggrekku adalah salah satu makhluk yang sangat beruntung di dunia ini. Kenapa sangat beruntung? Karena Ibu selalu memperlakukan mereka dengan sangat penuh perhatian dan kasih sayang, bak seorang manusia. Setiap hari Ibu rutin menata ulang posisi mereka, untuk memastikan bahwa mereka mendapat cukup sinar matahari pada musim hujan. Sebaliknya, Ibu akan memasang beberapa koran bekas untuk menutupi mereka dari sengatan sinar matahari pada musim kemarau, agar mereka tidak menjadi layu karena kepanasan. Setiap sore Ibu rajin menyiram dan membetulkan potongan pakis penopang batang mereka. Dan setiap periode waktu tertentu, Ibu dengan rajin memberi mereka pupuk agar mereka dapat tumbuh dengan baik. Tak heran, saat mereka semua berbunga, setiap orang yang berjalan melintas di depan rumah kami, pasti akan berhenti dan berdecak takjub memandang ke arah mereka yang mekar berwarna-warni dan bermacam rupa, bak terpajang di toko bunga.
            Apa yang Ibu lakukan terhadap pohon-pohon anggrek kami adalah gambaran sebagian kecil dari apa yang Ibu lakukan terhadap kami, anak-anak Ibu, sejak kami kecil. Ibu dengan sangat tertib dan teratur, menyelesaikan semua pekerjaan rumah tangga, tanpa pernah ada satu pun yang tertinggal atau menundanya. Ibu dengan bijak melibatkan kami dengan tanggung jawab masing-masing dalam mengurus rumah. Kakakku bertugas membersihkan rumah dan memberi makan ayam-ayam kami di pagi hari sebelum berangkat sekolah. Aku bertugas membersihkan perabot dari debu, menyapu, dan mengepel lantai setiap sore. Kami pun dibiasakan harus langsung mencuci peralatan makan yang selesai kami gunakan. Meskipun tak banyak tugas kami, tapi kami diajari untuk selalu belajar bertanggung jawab melaksanakan dan menyelesaikan tanggung jawab kami masing-masing. Pembiasaan yang Ibu berlakukan kepada kami, membuat kami tumbuh menjadi orang yang selalu berusaha menyelesaikan apapun yang menjadi tugas kami dengan sadar dan sepenuh hati.
            Ibu adalah sosok yang selalu rajin dan disiplin. Setiap hari Ibu bangun awal agar dapat menyiapkan hidangan untuk kami semua. Pukul lima pagi, semua hidangan untuk kami pasti sudah tertata rapi di meja makan, dan Ibu tidak akan pernah membiarkan kami pergi tanpa sarapan terlebih dahulu. Sungguh, kami selalu mempunyai banyak uang, karena meskipun Ibu selalu membekali kami uang jajan, uang itu selalu utuh, tersimpan semakin banyak setiap harinya, karena kami sudah kenyang sejak sarapan dan tidak ingin jajan lagi. Sampai pada waktunya kami mempunyai kesempatan berkumpul dengan seluruh anggota keluarga besar, Ibu melatih kami untuk membantu anggota keluarga kami yang kurang mampu dengan menyisihkan sebagian uang tabungan kami. Pembiasaan ini membentuk kami menjadi orang yang mempunyai rasa peduli dan ingin melakukan sesuatu yang bermanfaat pada orang-orang di sekeliling kami.
            Selain dapat menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik, Ibu juga mampu menjadi seorang istri yang istimewa. Ibu mampu menjadi pendamping Ayah yang sangat membanggakan. Ibu sangat aktif berorganisasi di instansi tempat Ayah bekerja. Tidak sekedar menjadi anggota, Ibu pasti mendapat kepercayaan untuk menjadi pengurus utama dan sering memimpin dalam berbagai lomba yang sering dimenangkan Ibu dan teman-temannya. Bisa dibilang, sebagian besar foto yang tersimpan rapi dalam beberapa album foto keluarga, adalah foto-foto yang mampu menceritakan, betapa hebatnya Ibuku itu dalam berorganisasi. Tapi satu hal yang selalu membuatku kagum, Ibu tak pernah melupakan tugas utamanya sebagai ibu rumah tangga. Tak pernah sekalipun urusan rumah dan keluarga ada yang terbengkalai karena aktifitas Ibu berorganisasi. Semua dapat diselesaikan Ibu tanpa cacat sedikipun, sesuatu yang pasti tidak mudah untuk dilakukan. Bahkan, saat kami, anak-anak Ibu sudah berkeluarga dan memberikan beberapa cucu yang membuat Ibu bahagia, Ibu tak pernah berubah sedikitpun. Tetap selalu cekatan, rajin, disiplin, dan penuh perhatian kepada kami semua. Sebuah potret yang selalu membekas di benak kami anak-anaknya, yang juga selalu mencoba membuat Ibu dan Ayah bangga.
            Selembar daun bambu kering terjatuh menimpa kepalaku, membuyarkan semua lamunanku tentang Ibu. Untuk sejenak aku terhenyak, tanpa sadar ternyata air mataku telah mengalir menuruni kedua pipiku. Rasa kangen dan kehilangan tiba-tiba menyeruak dadaku yang mulai sesak, bila mengingat bahwa aku tak bisa lagi berbuat banyak untuk membuat Ibu bahagia dan bangga.
“Kok Ibu menangis?” sebuah suara, suara anak perempuanku, cucu kesayangan Ibuku, menyadarkanku untuk segera bersikap.
“Ibu tidak apa-apa Dik”, ucapku sambil tersenyum.
“Ibu kangen Mbah Putri ya?” tanya permataku sekali lagi.

Tanpa berucap aku mengangguk sambil tersenyum sayang padanya. Kutata kembali tatanan bunga anggek yang kutaruh dalam kendi, lalu kuusap dengan penuh kasih batu nisan yang ada di dekatnya, dimana nama Ibuku tercinta terukir sederhana di sana, kemudian kuajak permata hatiku untuk mulai melantunkan ayat-ayat suci, mengirim doa buat Ibu, yang semoga tetap tersenyum di alam baka sana, meskipun aku telah memotong beberapa bunga anggrek kesayangannya, karena aku ingin selalu memberikan yang terbaik buat Ibu, seperti yang selalu aku lakukan sejak kecil, sebagai bukti, bagian dari hasil didikan Ibu yang hebat dan luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar